Balieo of Huaulu
- AbstractSeram Island, the home of the Naulu tribe, consisted of clusters of villages called Negeri. Negeri Huaulu is one of the villages considered as earliest, occupying the highest location at Binaiya mountain. There is found the surviving communal house called Baileo, an important building of the Naulu tribe. Baileo of Huaulu traced back as the original first that has been survived and currently in function.
Seram Traditional Dwelling Slides Gallery Slides Gallery - Architecture
Baileo
Baileo adalah rumah tinggal komunal untuk satu marga orang Seram. bentuknya mirip dengan rumah tinggal di sekitarnya, tapi ukurannya mencapai dua kali lipat karena berfungsi sebagai ruang adat sekaligus tempat tinggal. Kewenangan mengampu baileo hanya diberikan kepada marga yang dinilai sanggup untuk menjaga dan merawat rumah Baileo.
Struktur
Konstruksi
Ketika penduduk memutuskan untuk membangun Baileo, lokasinya harus berada dekat hutan dan terlarang untuk berdiri di lokasi bekas Balieo sebelumnya. Prosedur konstruksi Baileo dikerjakan dengan orientasi timur ke barat, dilakukan secara bergotong royong oleh seluruh penduduk. Namun marga pemilik rumah bertanggung jawab untuk menyiapkan makanan bagi seluruh penduduk, khususnya laki-laki yang terlibat dalam kerja konstruksi.
Suku Nuaulu mempunyai kepala tukang yang disebut matue uai. Kepala tukang ini mempunyai wakkil yang disebut matue muye. Mereka menggunakan depa untuk satuan ukur rumah. Depa diperoleh dari ukuran tubuh matue uai, mengacu pada ujung jari tengah tangan kanan hingga ujung kiri (sekitar 160-170 cm).
Struktur utama Baileo menggunakan bentang kayu menerus yang berasal dari batang pohon utuh. Kolom rumah berdiri menerus dari tanah hingga ke atap menggunakan kayu berdiameter 15 - 20 cm. Lantai ditompang oleh dua lapis balok kayu yang disusun bersilang di atas pondasi menancap tanah.
Penutup lantai menggunakan kulit bambu yang disusun sejajar tanpa dianyam. Dinding pada Baileo menggunakan batang pohon sagu menumpuk lalu diikat pada kolom menerus. Sebagian besar dinding luar Baileo berketinggian 60 cm untuk membatasi ruang, kecuali dapur dan kamar kepala marga tertutup penuh dengan ketinggian 2,5 m.
Kerangka atap menggunakan balok kayu berdiameter 15 cm - 20 cm disusun horizontal untuk mengikat kolom. Kemudian reng kayu yang lebih kecil disusun rapat sejajar dari puncak hingga bagian bawah atap. Penutup atap menggunakan susunan daun sagu (rumbia) yang dianyam dan dikeringkan memenuhi rangka atap.
Seluruh material konstruksi Baileo berasal dari hutan sekitar. Penutup atap rumbia menggunakan daun sagu (Metroxylon) dengan ikatan rotan (Calameae) yang merupakan media pengikat seluruh struktur rumah Baileo. Dinding Baileo menggunakan material sagu yang disebut sebagai gaba-gaba atau kasonepe (pelepah sagu kering). Alas lantai menggunakan bambu talang (Schizostachyum brachycladum) yang disebut wanate. Kolom menggunakan kayu pohon Pakis Binaiya (Chyathea binayana), tanaman endemik dataran tinggi Pulau Seram.
Pembangunan Baileo dikerjakan sejak pagi hingga sore diiringin suara tifa (alat musik tabuh) sebagai penanda waktu kerja yang khusus dimainkan oleh ketua adat. Saat matahari terbenam pekerjaan dan musik tifa berhenti, lalu seluruh masyarakat beristirahat dan makan bersama.
Zonasi
Baileo tersusun atas beberapa zonasi. Zona tempat tinggal berada di undakan selatan, zona bercengkrama atau menerima tamu pria berada di undakan bagian timur dan utara. Untuk ruang perempuan berada di undakan barat dan dapur di bagian selatan. Undakan tengah Baileo sedikit lebih rendah untuk lelaki berkumpul atau kepentingan adat. Saat acara adat, tetua adat menempati sudut Baileo yang berseberangan dengan pintu masuk, laki-laki di tengah, sedangkan perempuan di sisi dapur.
Pada bangunan adat Huaulu, dapur merupakan domain perempuan. Dapur digunakan untuk menyimpan, menyiapkan, memasak, hingga menghidangkan makanan. Perempuan dan laki-laki makan di ruangan yang terpisah. Laki-laki di ruang tengah, perempuan di dapur. Alat dan kebutuhan dapur disimpan di sebuah ruang menjorok di sisi belakang dapur atau para-para pada dapur yang berhadapan dengan tungku.
- Social & Culture
Sejarah Lisan
Menurut penuturan tetua adat, pada zaman Tete Nene Oyang silam ada lebih dari 1000 marga di Pulau Seram. Sebagian besar punah karena tak berketurunan. Beberapa marga memutuskan untuk berkumpul menjadi satu membentuk Negeri Huaulu, yang dianggap sebagai orang pertama yang menempati Pulau Seram. Per 2018, kampung Huaulu mempunyai 10 Marga utama, yaitu : Ipatapale, Isal, Silalapotoa, Tamatae (Leluhur Matoke yang ada di Nuaulu), Puraratuhu (Garis keturunan Raja), Saiyarakeaou, Latuloho, Huaulu, Alaie, dan Enisa.
Pedoman & Ritual
Pedoman Adat
Di dalam bahasa Nuaulu, Tuhan disebut sebagai Upupunatama. Namun hanya tetua adat tiap marga yang boleh berdoa kepada Upupunatama. Pertama tetua adat mengirimkan doa kepada Oyang (figur Tete/Nene Moyang) untuk disampaikan kepada Upupunatama. Oyang akan mengembalikan doa tersebut kepada tetua adat jika dikabulkan. Setiap marga mempunyai perwujudan Oyang yang berbeda. Misalnya, salah satu warga Dusun Hahualan mengibaratkan Oyang sebagai Nabi ataupun Dewa, mereka menyebut Oyang sebagai Nissinian.Orang Seram hanya berdoa ketika sakit atau mendera musibah. Maka, doa yang dipanjatkan tetua adat berupa doa yang memberkati seluruh warga kampung. Ketika doa tersebut siap untuk dipanjatkan kepada Oyang atau Nissinian, maka tetua adat akan memulai pemberkatan.
Tatanan
Tatanan Sosial
Ketua adat memegang peranan penting dalam tatanan masyarakat pulau Seram. Ialah perantara antara manusia dengan oyang. Penentuan marga yang akan menempati suatu Baileo harus melewati musyawarah adat yang dipimpin olehnya.Tatanan adat dipengaruhi oleh Ketua adat dan figur Oyang. Wujud Oyang setiap marga berbeda tergantung kepercayaan muasal penciptaan diri mereka. Contohnya, Marga Leipary melihat ular dan kura-kura hutan sebagai perwujudan dari Nissinian atau Oyang mereka. Marga Matokke melihat anjing dan kepiting sebagai perwujudannya. Marga Soumory mempunyai Oyang ular batola yang berasal dari pohon mayang. Sehubungan dengan itu, tiap marga diajarkan untuk tidak membunuh atau memakan Oyang tersebut.
Orang yang melanggar hal tersebut akan mendapat bencana dari Oyang. Maka, pelanggar harus membayar denda adat berupa piring mera dan berang yang diberikan kepada ketua adat marga. Ketua adat akan berdoa di dalam baileo kepada oyang untuk menyampaikan maafnya.
Tatanan Bertinggal
Masyarakat Huaulu menggunakan sistem kekerabatan patrilineal yang menentukan aturan adat, ruang gerak, dan rambu-rambu spasial di dalam rumah bagi perempuan dan laki-laki. Ketua adat yang mendiami numa Onate dipilih melalui garis keturunan laki-laki. Kekerabatan ini juga menciptakan ruang-ruang eksplisit gender, misalnya Posune yang merupakan rumah bagi perempuan yang baru pertama kali haid (pinamou), sedang haid, atau perempuan yang akan melahirkan. Mereka dikarantina dari kehidupan kampung hingga fase yang dinilai pamali / profan ini selesai. - Geography
Pulau Seram
Pulau Seram terletak di sebelah utara Pulau Ambon memiliki luas 18.625 km2 dengan ketinggian 3.019 mdpl. Di tepian pulau terdapat ragam lanskap mulai dari pantai berpasir dengan warna yang berbeda, berbatu, dengan batas-batas tebing langsung dengan laut. Latar Pulau Seram yang paling menonjol adalah Gunung Binaiya. Puncaknya terlihat dari hampir seluruh penjuru pulau sebagai orientasi utama. Di kaki gunung, hutan mendominasi pulau Seram. Secara adat, teritori dalam Pulau Seram terbagi dengan kumpulan dusun-dusun yang disebut sebagai Negeri.
Kampung (Negeri)
Kampung/Negeri Huaulu dikelilingi oleh hutan berkanopi lebar khas Gunung Binaiya. Selain sebagai pelindung ekologis, hutan rimba yang didominasi rumbia merupakan sumber penghidupan penduduk Huaulu, mulai dari material bangunan hingga sumber pangan mereka.
- Symbolic Classification
Simbol Non-Fisik
Masyarakat Huaulu melihat Baileo secara apomorfik dalam satuan tubuh bayi manusia. Atap daun rumbia sebagai rambut bayi, badan bangunan seperti kulit bayi, dan struktur bangunan sebagai kaki dan tangan bayi. Bagian atap Baileo yang mengalami kerusakan dapat diganti seperti rambut yang kembali tumbuh, begitu pula dengan kerusakan dinding sebagaimana luka kulit. Namun, jika ‘kaki’ atau ‘tangan’ yang tidak dapat tumbuh kembali mengalami kerusakan, maka Baileo harus direnovasi ulang.
- Settlement Pattern
Pola Kampung
Pola kampung Huaulu berbentuk radial memanjang. Huaulu hanya memiliki satu akses sekaligus jalan utama yang terletak pada bagian tengah kampung dengan rumah yang saling berhadapan. Akses dan pola ini merupakan elemen pembagi ruang Huaulu. Di tengah kampung, Baileo menempati posisi adat yang signifikan bagi penduduk Huaulu.
Orientasi
Orientasi arsitektur Huaulu antara lain rumah tinggal, Diliposo, tempat buang air, dan Baileo menghadap ke poros jalan utama. Lapisan bagian dalam kampung terdiri dari rumah tinggal termasuk Baileo. Diliposo dan ruang buang air berada di lapisan luar kampung serta memiliki persebaran yang cukup merata.
Kepustakaan dan Kredit
Noor K.A, Annisa, dkk. (2019). Seram: Jejak Hutan dalam Arsitektur. Catatan Perjalanan Mahasiswa Arsitektur Universitas Indonesia. Depok: Departemen Arsitektur FTUI.
Penyunting: Ghina Azharia, Bangkit Mandela