Uma Sapoula of Mentawai Tribe
- Abstract
- Architecture
Uma Sapuola
Uma merupakan sebuah rumah tinggal yang dimiliki oleh suatu keluarga besar. Penamaan Uma bergantung pada nama keluarga yang memilikinya. Ritual yang berkaitan dengan kepercayaan dan tradisi masyarakat Mentawai dilakukan di uma. Tidak ada ukuran baku untuk setiap ruang di dalam Uma, tapi beberapa prinsip ruang dipertahankan seperti pola pembagian ruang untuk pria dan wanita.
Struktur
Konstruksi
Uma dibangun dengan gotong royong memakan waktu sekitar 6 bulan. Keluarga sekitar membantu prosesnya, terutama untuk pendirian pasak dan pengumpulan material. Pembangunan Uma menggunakan konstruksi sambungan kayu silang dan pasak yang disebut Bakkat - Buttet (pangkal kanan dan kiri).
Uggla / Kolom utama didapatkan dari pohon Katuka. Pangkal bawah (Bakkat) Uqla lebih lebar daripada ujung atas (buttet). Ukuran seragam sepanjang 2 depa 1 eto (hasta), atau kurang lebih 4 meter. Uggla ditanam 1 meter di bawah tanah. Ia menandai ruas-ruas di dalam rumah. Jumlah Uqqla di rumah observasi adalah 22 batang, dengan komposisi bagian luar 8 batang, tengah 10 batang, dan belakang 4 batang.
Uggla / Kolom utama
Didapatkan dari pohon Katuka. Pangkal bawah (Bakkat) Uqla lebih lebar daripada ujung atas (buttet). Ukuran seragam sepanjang 2 depa 1 eto (hasta), atau kurang lebih 4 meter. Uggla ditanam 1 meter di bawah tanah. Ia menandai ruas-ruas di dalam rumah. Jumlah Uqqla di rumah observasi adalah 22 batang, dengan komposisi bagian luar 8 batang, tengah 10 batang, dan belakang 4 batang.Tumandei / Kolom penyangga
Memperkuat Uqqla untuk menyangga balok. Namun tidak ditanam di tanah dan tidak mencapai langit-langit ruangan.Pagetaet / Kolom panggung
Pemasangan menggunakan sambungan pasak antara Uqqla dan Tumandei. Peletakkannya menggunakan hukum bakkat dan buttet di kiri. Balok membujur di atas Pagetaet. Pemasangan mengikuti kaidah kanan ke kiri, bakkat-buttet.Bujuk / Balok
Terletak membujur di atas Pagetaet. Pemasangan Bakkat-buttet.Parabubungan / bubungan atap
Balok puncak pada kuda-kuda atap dengan orientasi Bakkat - Buttet.Kamanen / Kuda-kuda
Kuda-kuda atap di kiri dan kanan Uma dengan orientasi Bakkat-buttet.Siauakenen / kuda-kuda rangka pelana
Menggunakan kayu Surugi. Pangkal (bakkat) di bawah, ujung (buttet) di atas.Tobat / penutup atap
Terbuat dari bahan sagu kering. melilit pada bambu (sebagai reng) dengan rajutan rotan. Jarak antar bambu sekitar 1-3 jari.Kasou / kuda-kuda tambahan
Menggunakan kayu ariribu. Umum disebut sebagai anak Siauakenen karena berukuran lebih kecil mendampingi kuda-kuda rangka pelana. Menompang atap tobat. Komponen Kamanen, Kasou, dan tobat diikat oleh rotan Mandoro.Sabbau (simpul atap)
Pengikat antara kuda-kuda dengan Parabumbungan. Jumlahnya bervariasi tergantung panjang Uma. Simpul Sabbau berbentuk pedang, ia dilengkapi ukiran tradisional untuk mengusir roh jahat. Sabbau juga menyimbolkan hubungan antara lelaki dan perempuan. Jika rusak, sabbau harus segera diganti dan diresmikan melalui pesta.Orat (tangga teras)
Tangga untuk memasuki Uma. Ia bersandar tanpa diikat, ukurannya bervariasi mengikuti ketinggian Uma. Terbuat dari batang pohon Kajut Peigu (nangka, Artocarpus heterophyllus).Balelengan (papan lantai)
Lantai Uma berupa papan berjajar dari kayu Gaharu. Dipasang bercelah untuk ruang muai-susut antar papan, serta untuk celah balita mengompol, dan lubang darah kala perempuan melahirkan. Lantai ini bertumpu pada balok membujur yang disebut Tubuk.Lappri (dinding)
Dinding Uma, terpasang membujur horizontal, terbuat dari papan kayu. Berguna sebagai pemisah ruang.Karai (pintu besar)
Karai diikat pada ceruk dinding bagian atas untuk sistem engsel. Karai berjumlah 3 buah di dalam Uma, yakni tengah, kanan dan kiri. Lembaran karai menggunakan rotan sasa untuk mengikat dan kulit kayu Karai untuk menganyam lembaran daun pintu.Uddenan (Bangku tamu)
Bangku pada Talaibo untuk tamu asing. Jika kekerabatan sudah dekat, maka tamu dan pemilik rumah akan duduk setara di lantai. Uddenan dilengkapi dengan diringan atau pagar sandaran.Lengan Bolak (rak)
Rak di langit-langit uddenan. Digunakan sebagai ruang penyimpanan benda ringan hingga kandang unggas.Lokkod Tuddukat (Balok kentongan)
Balok menggantung pada Talaibo khusus untuk menyimpan Tuddukat. Tuddukat adalah alat komunikasi berupa kentongan besar (panjang 2 meter, diameter 60cm) yang dibunyikan untuk mengabarkan sesuatu ke penjuru dusun, misalnya berita kematian, hasil perburuan, dan kabar kelahiran.Zonasi
Zona di dalam Uma Sapoula terdiri dari beberapa bagian:
Labokat / ambang.
Lantai terendah mendekati tanah. Tangga, menuju orat / ruang dalam.Talaibo (Teras)
ruang aktivitas sosial menerima tamu dan berpesta. Berupa bukaan 3 sisi bernaung atap.Tengan Uma / Ruang tidur.
Pola pembagian simetris, dipisahkan berdasarkan gender. Pria di kanan, wanita di kiri. Celah minimum sehingga ruangan gelap.Bat Sapou / Dapur
Dibagi atas area pemilik dan tamu. - Social & Culture
Pedoman & Ritual
Arat Sabulungan
Pedoman hidup Arat Sabulungan suku Mentawai mengandung kepercayaan totemisme. Tiap objek (hidup ataupun mati) mengandung roh selayaknya mahluk hidup. Maka, keseimbangan antara manusia dan alam harus selalu dipelihara. Kepercayaan ini tercermin dalam pembangunan sebuah Uma. Pembangunan sebuah Uma melibatkan sejumlah ritual untuk menolak bala dan meminta restu nenek moyang. Tiap bagian uma memiliki ritual khusus yang dipimpin oleh Sikerei. Suku Mentawai menghayati proses pembangunan Uma selayaknya memindahkan roh-roh dari benda duniawi menjadi suatu ruang untuk ditinggali.Punen
Mentawai memiliki ritual yang disebut Punen. Punen dapat merujuk pada beberapa kegiatan adat seperti upacara perkawinan, syukuran pembangunan uma, dan ritual pengobatan. Punen dipimpin oleh seorang Sikerei. Ia memegang peranan penting dalam tatanan adat suku Mentawai. Ia adalah seorang tabib sekaligus orang yang memahami adat istiadat suku Mentawai. Menurut Arat Sabulungan, seorang Sikerei adalah jembatan antara dunia nyata dengan alam gaib.Ritual pengobatan diawali dengan nyanyian para sikerei untuk mengusir roh-roh jahat yang menempel di dalam uma. Kemudian mereka menyembelih dua ekor ayam. Ayam tersebut kemudian dimasak dan dikonsumsi bersama. Sikerei tidak ikut serta ketika memakan ayam, mereka melanjutkan ritual pengusiran roh jahat dan memanggil roh baik ke dalam uma.
- Geography
Pulau Siberut
Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Indonesia adalah rumah bagi suku Mentawai. Bagian barat pulau adalah Taman Nasional Siberut yang diresmikan pada 1993. Sebagian besar pulau ini ditutupi oleh hutan hujan dengan iklim hutan hujan tropis yang basah. Suhu berkisar pada 22 sampai 31 °C. Luas taman nasional sebesar 1.905 km²
Pesisir timur pulau siberut dipenuhi kepulauan kecil, teluk, dan terumbu karang, serta dikelilingi hutan bakau sebelum memasuki hutan nipah. Pesisir barat diliputi oleh hutan barringtonia dengan ombak laut yang keras dan tebing yang terjal. Kawasan pedalaman berupa perbukitan dengan kisaran ketinggian 384 meter. Ia dialiri sungai di hutan rawa dan dataran rendah yang banyak ditumbuhi tanaman sagu.
Dusun Ugai
Ugai adalah dusun yang terletak di Kecamatan Siberut Selatan, kabupaten kepulauan Mentawai. Perjalanan menuju ugai diawali dari Muara Siberut, Ibukota kecamatan Siberut Selatan. Selanjutnya menggunakan perahu kecil melayari sungai. Perjalanan memakan waktu 5 jam melintasi 4 dusun, antara lain Puro, Muntei, Rokdok, dan Madobak. Dusun ugai dikelilingi oleh hutan lebat dan pepohonan, ia digawangi oleh muka dusun yang disebut Muara Sungai. Keterhubungan antar dusun dihubungkan oleh jalan setapak tanah yang hanya dapat dititi berjalan kaki.
Dusun Ugai telah mengalami modernisasi saat observasi dilakukan (2012), ditandai sejumlah infrastruktur umum seperti perkerasan jalan, gereja, sekolah, dan fasilitas kesehatan. Jaringan jalan aspal turut membentuk pola baru dusun, bersanding dengan jalan tanah setapak.
- Settlement Pattern
Pola Kampung
Pola Dusun masyarakat Ugai berbentuk radial. Ia dilintasi oleh anak sungai yang membingkai pesebaran dusun. Pengembangan pemukiman secara makro berporos pada Uma yang dikelilingi oleh Rusuk. Setiap Rusuk berada di pinggir jalan dengan jarak berkisar 10-15 langkah antar Rusuk. Keterhubungan antar Rusuk dan Uma dirajut oleh jalan setapak tanah.
Orientasi
Uma tidak memiliki orientasi khusus kecuali ditentukan oleh Sikerei. Namun di dusun Ugai, uma ditemukan berorientasi tegak lurus menghadap jalan titian tanah. Peletakan Uma berada di lingkar luar kampung (kumpulan rusuk, rumah pribadi) dengan persebaran yang acak antar tiap uma.