The House of Karo People
- AbstractThe Karo people, an ethnic Batak group spread across the Karo Highlands in North Sumatra Province, have inhabited this land for several centuries. They live in communities following the traditional Pemena beliefs under the communal traditional house called Siwaluh Jabu.
- Architecture
Siwaluh Jabu
Siwaluh Jabu merupakan rumah adat Karo yang tersusun dari dua kata, waluh yang berarti ‘delapan’ dan jabu yang berarti ‘keluarga’ atau ‘ruang’, mengartikan bahwa Siwaluh Jabu adalah sebuah arsitektur rumah tinggal untuk delapan keluarga. Untuk tipologi yang paling kecil memiliki kapasitas empat keluarga dengan sebutan Siempat Jabu, sedangkan yang paling besar memiliki kapasitas dua belas keluarga dengan sebutan Sepuluh Dua Jabu. Namun, yang paling umum berjumlah delapan jabu.
Struktur
Konstruksi
Ritual Konstruksi
Pendirian Jabu perlu kesepakatan satu desa. Ritual pertama dimulai dengan pengambilan kayu dari Hutan Pinantar di Desa Dokan. Sebelum mengambil kayu, warga akan meletakkan sirih dan cimpa sebagai izin ke penunggu hutan dan mengecap kayu yang akan diambil.Sembari menarik kayu, penarik kayu akan ditaburi beras dan mengucapkan, “Mejuah-juah nini.” Pengambilan kayu dilakukan beramai-ramai sambil bernyanyi. Tiap tahap pembangunan mengandung ritual, mulai dari peletakan batu pertama, pembuatan fondasi, bagian bawah, tengah,dan atas rumah. Semua tahapan pembangunan rumah selalu diiringi dengan nyanyian atau senandung.
Ritual akhir adalah peletakan kepala kerbau betina di ujung atap. Sang pembawa kepala hanya bercawat putih akan naik ke puncak atap kemudian berdoa. Ketika rumah selesai dibangun, warga akan berkumpul di rumah tersebut.
Struktur & Konstruksi
Terdapat dua jenis konstruksi pondasi yang ditemukan di Desa Dokan dan Pangambatan. Konstruksi ini membagi fondasi menjadi dua elemen, yaitu kolom dan balok.Sistem pertama adalah sistem pasak. Tiap kolom dipasak oleh empat balok, tiap balok pasak menghubungkan kolom pondasi. Balok-balok pasak ini terdiri dari 4 lapisan dengan orientasi berselang-seling hingga lapisan teratas di bawah lantai. Kayu yang digunakan adalah jenis kayu kercing.
Sistem fondasi kedua adalah sistem pondasi tumpuk. Kayu-kayu utuh ditumpuk di atas enam pondasi batu. Antara pondasi batu dan pondasi kayu dipisahkan lapisan ijuk untuk meredam getaran gempa dan mencegah kayu tergerus oleh batu. Batu yang digunakan adalah batu aringgis gis.
Kolom di rumah Siwaluh Jabu (umumnya enam batang) berfungsi untuk menopang struktur atap. Penempatan kolom berada di perimeter terluar dari interior rumah sehingga tak ada kolom di tengah ruang. Di rumah yang menerapkan sistem fondasi pasak, kolom di dalam rumah merupakan ekstensi dari kolom fondasi. Dari dua puluh kolom fondasi, enam diantaranya akan menerus menembus lantai untuk menjadi kolom penopang struktur rumah.
Zonasi
Hirarki keluarga yang akan menempati jabu ditentukan oleh sistem kekerabatan di Karo. Kalimbubu merupakan kelompok yang dihormati layaknya pemberi doa untuk mendatangkan rezeki. Implementasinya di rumah adat Siwaluh Jabu adalah penempatan Kalimbubu di lepar ujung kayu. Setiap jabunya kemudian dibatasi oleh dapur.
Ada sebuah aturan implisit bahwa keluarga yang tinggal lebih dekat dengan pintu depan hanya boleh keluar masuk melalui pintu depan dan sebaliknya. Aturan ini masih dipegang teguh oleh penghuni rumah dan berpengaruh dalam efisiensi sirkulasi penghuni rumah.
- Social & Culture
Sejarah Lisan
Suku Karo dipercaya berasal dari salah satu daerah di India Selatan. Mereka bermigrasi ke dataran Sumatera kemudian mendirikan kerajaan Haru sesuai nama sang raja. Kerajaan ini memiliki ibu kota di Deli Tua, Sumatera Utara. Kerajaan Haru banyak tercatat oleh P.J. Vet (1866–1867) dalam bukunya Het Lanschap Deli op Sumatra.
Ditemukan pula catatan-catatan kuno seperti Hikayat Aceh yang menceritakan keruntuhan kerajaan Haru setelah penyerangan pada tahun 1539 dan 1564 oleh Kerajaan Aceh. Kemerdekaan Haru dipercaya berakhir pada masa Sultan Iskandar Muda (1607–1636). Hal itu menyebabkan diaspora masyarakat Haru ke berbagai tempat, memecah masyarakat kerajaan Haru menjadi suku Karo. Informasi ini didukung dengan kemiripan kata antara Haru dengan Karo.
Suku Karo cenderung mendiami daerah dataran tinggi Sumatera Utara. Salah satunya Desa Dokan. Kabarnya, masyarakat Desa Dokan berasal dari Tongging, mereka melihat desa yang jauh kemudian mengucapkan Dau han yang artinya ‘jauh sekali’. Kalimat Dau han perlahan-lahan berubah pelafalannya menjadi Dokan. Marga yang membangun desa Dokan ialah Ginting, dibantu anak beru-nya yang bermarga Tarigan. Oleh karena itu, marga Ginting dikenal sebagai simantek kuta, yaitu sosok yang dihormati di desa.
Perkembangan Arsitektur
Rumah Nakka
Rumah Nakka merupakan rumah tinggal suku Karo yang telah dikembangkan. Karakteristik dan dimensi yang digunakan serupa Siwaluh Jabu. Ia masih menggunakan para dan kamar mandi yang terpisah dari rumah. Namun, proses pembangunannya telah menggunakan mesin pemotong kayu dan menggunakan material atap seng.Rumah Kayu
Rumah Kayu merupakan salah satu tipologi rumah tinggal di Tanah Karo yang masih menyisakan sedikit ciri dari Siwaluh Jabu. Rumah kayu hanya diisi satu keluarga, material dan prosesnya menggunakan metode kontemporer. Bentuk, tampak, dan interiornya berbeda- beda setiap rumahnya. Namun ciri Siwaluh Jabu masih ditemukan berupa pemisah ruang antara bagian depan dan belakang rumah. Ia juga masih menggunakan struktur panggung yang menyerupai Siwaluh Jabu.Jambur
merupakan sebuah bangunan sederhana khas Karo. Ia dapat ditemukan di Desa Dokan. Jambur digunakan oleh masyarakat Dokan untuk tempat berkumpul warga, bermusyawarah dan tempat beristirahat laki-laki dewasa. Jambur pada zaman dahulu memiliki fungsi yang sejenis dengan bangunan Losd.Geriten merupakan bangunan tradisional suku Karo untuk penyimpanan tengkorak nenek moyang atau tulang- belulang jenazah. Geriten memiliki kemiripan bentuk dan material yang bercampur antara Siwaluh Jabu dan Jambur. Namun bentuknya yang lebih kecil, yaitu sekitar 2,5 meter x 2,5 meter.
Losd adalah bangunan publik suku Karo yang lebih modern. Awalnya berupa ruang terbuka yang kemudian berkembang dengan penambahan struktur atap. Losd bersifat serbaguna dan terdiri atas satu lantai berukuran masif untuk menampung musyawarah sosial dan budaya, sosialisasi, serta acara-acara umum, seperti kerja akhir tahun dan acara seremonial seperti pernikahan dan kematian.
Pedoman Adat dan Ritual
Pedoman Adat
Masyarakat Suku Karo menganut kepercayaan Pemena. Pemena tergolong dalam kepercayaan animisme yang menyembah elemen alam. Pada kepercayaan tersebut, terdapat tiga Tuhan: dibata atas merujuk pada Tuhan yang mencipta; dibata tengah merujuk pada arwah para leluhur; dan dibata bawah merujuk pada hantu-hantu yang ada di alam.Hal ini tercermin pada arsitektur Siwaluh Jabu yang memiliki tiga bagian (atas, tengah, dan bawah) merujuk pada ketiga Tuhan tersebut. Selain itu, pintu yang miring dan bentuk tangga memiliki filosofi untuk menghormati Tuhan. Saat masuk dan keluar pintu, seseorang harus menundukkan kepala untuk menunjukkan penghormatan pada mereka yang menjaga rumah dan menjaga alam.
Agama Pemena menyembah berbagai hal di alam dalam bentuk berbagai tradisi penyembahan.
Erpangir ku lau
Berupa kegiatan mandi bersama di sungai atau pancuran untuk membersihkan diri dari segala kesialan. Ritual ini dipandu oleh dukun yang disebut ‘Guru Mbelin’ (Guru Besar) dan diiringi oleh tarian. Saat ini ritual tersebut dilakukan secara personal.Penusur Sira
Sira dipercaya sebagai jelmaan nenek moyang untuk melindungi desa. Sira berupa garam (sira sendawa) yang hanya berada di atap rumah adat Mbelin. Penusur Sira merupakan ritual pemeriksaan kondisi atau penurunan garam untuk meramal kejadian di masa depan.Biasanya ritual Penusur Sira dilakukan setelah panen besar. Selain mencukupi kebutuhan pesta, ia juga mengungkapkan rasa syukur masyarakat atas hasil panen yang melimpah. Ungkapan rasa syukur ini diawali dengan upacara Merdang Merdem sebagai rangkaian pertama ritual Penusur Sira.
Sebelum menurunkan sira, masyarakat akan membuat cimpa, makanan tradisional Karo yang terbuat dari tumbukan beras dengan isi kelapa parut dan gula merah. Di Dokan, acara berlangsung setelah seluruh marga tertua menerima makanan. Penurunan garam hanya dapat dilakukan oleh anak ‘beru kuta’ (pelayan pendiri desa) dan selanjutnya garam hanya dapat dibuka oleh ‘pengulu sira’ (pemimpin adat).
Ercibal
Ritual ini dilakukan seseorang saat hendak melintasi tempat baru untuk menghormati kepada leluhur atau roh penjaga alam. Ritual ini menancapkan batang pohon iyang kemudian menyelipkan rokok pada selanya.Pernikahan
Prosesi pernikahan di Tanah Karo menggambarkan serangkaian acara. Pra-acara dimulai dengan lamaran (Nuruk-Nuruk) yang melibatkan anak beru dari kedua pihak. Setelah itu kedua belah pihak akan menentukan waktu untuk Mbaba Belo Silambar, diskusi mengenai seserahan (tukur) serta detail acara pernikahan, jumlah undangan, dan lokasi pesta.Malam setelah pelaksanaan akad nikah disebut dengan nganting nanuk. Pada prosesi ini pihak perempuan (sinereh) dan laki-laki (siempo) akan membahas pesta esok harinya. Pada nganting manuk ini pula, pihak perempuan mengembalikan uis dan uang yang diberikan oleh pihak laki-laki ketika Mbaba Belo Selambar. Jika pihak perempuan menentukan untuk membatalkan pesta pernikahan, maka pihak perempuan harus mengembalikan uang tersebut sampai 10 kali lipat.
Pelaksanaan pesta pernikahan berjarak kurang lebih 6 minggu dari Mbaba Belo Selambar. Lokasi umum diadakan di Losd atau Jambur. Terdapat zonasi setiap peran dari keluarga pihak perempuan (sinereh) dan keluarga pihak laki-laki (siempo).
Pada prosesi ini Kalimbubu akan memberikan wejangan kepada pengantin. Selain itu, pesta akan dimeriahkan dengan tarian dan nyanyian. Kalimbubu merupakan pihak yang secara strata sosial paling dihormati, sehingga pada prosesi ini biasanya pengantin akan memberikan uang layaknya membayar hutang ke Kalimbubu.
Setelah acara pernikahan, pengantin akan tinggal di pihak keluarga suami. Malam setelah acara pernikahan dinamakan Ngendes Tendi. Disini keluarga pengantin akan memberikan nasihat kepada pengantin. Selain itu, pengantin akan diberikan makanan yang akan di makan di tempat tidur yang diberikan tikar berwarna putih.
Esoknya, pengantin perempuan akan dikenalkan ke setiap orang di keluarga besar laki-laki, prosesi ini disebut Petandeken. Pihak penganti akan memberikan sirih ke setiap orang di keluarga besar laki-laki sebagai bentuk penghormatan. Pengantin perempuan akan tetap di rumah pihak laki-laki sampai 6 hari setelah pernikahan, kemudian baru bisa kembali ke rumah keluarga perempuan untuk mengambil barang-barang pribadi.
Kematian
Dalam tradisi Batak, orang yang meninggal akan mengalami perlakuan khusus dalam sebuah upacara adat kematian. Adat kematian ini dibagi menjadi dua, yaitu Saur Matua dan Sari Matua.Saur Matua adalah tradisi upacara kematian bagi mendiang yang telah memiliki keturunan. Saur artinya ‘lengkap’ atau ‘sempurna’ dimana dikatakan bahwa orang yang telah meninggal dunia itu telah sempurna dalam kekerabatan. Posisi tangan di dalam peti terbujur di samping badan. Artinya, tak ada tanggungan atau beban yang ditinggalkan di dunia.
Sari Matua adalah tradisi upacara kematian bagi mendiang yang telah memiliki cucu, tetapi meninggalkan anak yang belum menikah. Di dalam peti, posisi tangan akan dilipat di atas perut. Bermakna bahwa almarhum masih mempunyai beban di dunia.
Tatanan Adat
Tatanan Sosial
Sistem politik Desa Dokan melibatkan kepemimpinan oleh kepala desa. Pada masa lalu, desa dikendalikan oleh ketua-ketua adat yang berasal dari 7 Simantek Kuta. Pasca kemerdekaan Indonesia, struktur pemerintahan dialihkan kepada kepala desa. Namun ketua adat tetap diakui hingga saat ini meskipun tak terlibat dalam pemerintahan. Perannya jatuh pada musyawarah sosial dan isu-isu kebudayaan. Desa Dokan terdiri dari tiga dusun, masing-masing dipimpin oleh kepala dusun yang dipilih oleh kepala desa.Tatanan utama yang menyusun masyarakat Batak Karo adalah Rakut Sitelu yang berarti tungku nan tiga atau ikatan yang tiga. Rakut Sitelu (kelengkapan hidup) berbentuk tiga kelompok lembaga sosial di dalam masyarakat Karo, antara lain:
- Kalimbubu, berarti keluarga pemberi istri.
- Anak beru, berarti keluarga yang mengambil atau menerima istri.
- Sembuyak, berarti keluarga satu marga atau keluarga inti.
- Geography
Tanah Karo
Tanah Karo adalah sebuah wilayah yang terletak di provinsi Sumatera Utara. Secara geografis, Tanah Karo terletak di bagian utara Pulau Sumatera. Wilayah ini memiliki koordinat antara 2°45’ hingga 3°30’ lintang utara dan 98°15’ hingga 99° lintang timur. Tanah Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 800 hingga 1.500 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Tanah Karo adalah pegunungan yang hijau subur, dikelilingi oleh perbukitan dan lembah yang memanjakan mata. Iklim di Tanah Karo cenderung sejuk, dengan suhu rata-rata berkisar antara 18 hingga 24 derajat Celsius sepanjang tahun.
Kampung Dokan
Desa Dokan adalah wilayah dataran tinggi yang terletak di koordinat 3.0312° Lintang Utara dan 98.5474° Bujur Timur. Batas-batas Desa Dokan cenderung dibatasi oleh bentang-bentang alam seperti gunung, perbukitan, hingga sungai yang terletak di dataran yang lebih rendah. Pada beberapa titik, Desa Dokan juga dibatasi oleh jalan lintas provinsi. Pada bagian utara, Desa Dokan dibatasi oleh Desa Sinanab, lahan sawah pada bagian selatan, Juma Tarimo dan Goa Si Loumang yang berupa ladang besar dan juga berfungsi sebagai sumber air pada bagian timur, serta Jl. Besar Kabanjahe Merek pada bagian barat.
- Symbolic Classification
Simbol Non-Fisik
Kepercayaan agama Pemena tercermin dalam pembagian anatomi Siwaluh Jabu. Ia dibagi menjadi tiga bagian yaitu dibata atas, dibata tengah, dan dibata bawah.
Dibata Atas
Dibata atas berarti dunia bagian atas yang disucikan yakni area atap Siwaluh Jabu. Puncak atap Siwaluh Jabu memiliki ornamen kepala kerbau betina bertanduk tajam yang menunduk. Kepala kerbau tersebut ditancapkan pada ujung bagian lancip di tiap sisi atap. Ia bermakna kemakmuran serta penolak bala untuk melindungi penghuni rumah. Kerbau merupakan hewan yang dihormati oleh masyarakat Karo karena implikasinya dengan pekerjaan di ladang.Dibata Tengah
Dibata tengah berarti dunia bagian tengah yakni bagian yang dihuni manusia. Salah satu bagian penting rumah adat Siwaluh Jabu merupakan ture, yaitu beranda rumah yang disebut sebagai ture jahe (akses masuk) dan ture julu (akses keluar). Bukan hanya sebagai ruang transisi manusia keluar masuk, ture juga membatasi hewan berkaki empat.Dibata Bawah
Dibata bawah berarti dunia bagian bawah atau bagian fondasi. Bagian ini dipercaya sebagai tempat kejahatan sehingga pada zaman dahulu seringkali hewan ternak akan diletakkan di bagian fondasi panggung ini.Simbol Fisik
Kulcapi
Kulcapi adalah alat musik petik dua senar khas Karo. Bentuk dan warnanya beragam menyesuaikan si pengrajin. Bentuk organik dan ukiran kompleks pada kulcapi mengandung makna religius kehidupan suku Karo. Contohnya, motif di bagian kepala dan ekor kulcapi terinspirasi dari bentuk alam menggambarkan apresiasi masyarakat suku Karo terhadap alam. Kulcapi selalu hadir sebagai pengiring acara perayaan dan upacara adat.Ture
Ture adalah teras rumah. Ture pernah digunakan sebagai tempat untuk melahirkan. Calon ibu menjalani proses kelahiran di ture jahe sebagai pengawalan dari segala kehidupan. Untuk naik ke ture jahe terdapat lima anak tangga sebagai simbolisasi lima marga Karo, sedangkan di ture julu ada tiga tangga sebagai simbolisasi dari tiga silsilah kekerabatan Rakut Sitelu. - Settlement Pattern
Pola Kampung & Orientasi
Desa Dokan dibagi menjadi tiga dusun berdasarkan jejak sejarahnya. Dusun 1 (Rumah Kuta), Dusun 2 (Kesain Serasi) dan Dusun 3 (Perumah Adat). Dari ketiga dusun ini, hanya Dusun Rumah Kuta yang masih memiliki Siwaluh Jabu.
Desa Dokan berpusat pada area di sekitar Siwaluh Jabu dengan batasan dusun tak kasat mata. Batasan ini dipercayai oleh warga sebagai batas suci sehingga tidak pernah terjadi pertikaian, pencurian, atau hal-hal negatif lainnya. Kepercayaan itu menyebabkan perkembangan rumah warga melingkari dan sedekat mungkin dengan Siwaluh Jabu. Oleh sebab itu, tahap pola permukiman awal di Desa Dokan disinyalir sebagai pola radial.
Kepustakaan
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. (2024). JABU: Akar Ruang Hidup Tanah Karo Catatan Perjalanan Ekskursi Arsitektur UI: 2023. Dliya Pharahita Sudranto, Ladifta Arindra Chandra, & Balqis Aathifah (Eds.). Universitas Indonesia.
Penyunting: Ghina Azharia, Bangkit Mandela